Keputusanku untuk berhenti bekerja di malam hari dan akhir pekan kini mesti kandas karena tuntutan hidup. “Aku tidak bisa begini terus. Harus ada yang berubah,” tuntutku pada diri sendiri.
Sejak umur 19 hingga 25 tahun, aku tidak berhenti bekerja dan belajar. Hari-hariku terlalu sibuk untuk hal lainnya di luar itu semua. Mari kita sepakati kalau organisasi itu masuk dalam kategori Belajar.
Namun aku ingin menikmati hidup lebih utuh dengan membatasi motivasiku mencari cuan. Aku hanya ingin lebih memperhatikan diriku sendiri, keluargaku, dan teman-teman baikku. Aku berhasil hingga saat ini — aku lebih bahagia.
Saatnya bangun dari mimpi indah dan membuka mata pada dunia.
27 tahun usiaku saat ini. Tabunganku memang tidak seberapa, tetapi aku sangat bahagia karena aku telah menemukan diriku sendiri. Prinsip, pola pikir, kepribadian, dan hal-hal lainnya yang tidak dapat diukur oleh materi. Aku memiliki semua itu. Terima kasih kepada jiwaku yang tangguh dan Ia yang mengizinkannya.
Diriku ‘telah penuh’ dan ingin mencurahkannya pada orang lain. Menulis menjadi salah satu cara terbaikku. Ketertarikanku pada bidang ini sudah tumbuh sejak Sekolah Dasar bahkan pekerjaan pertamaku adalah hobiku ini.
Dan saat ini aku kepikiran … bagaimana caranya mendapatkan cuan dari menulis di Medium?
Ada dua hal yang ku tangkap sejauh ini: Autentik dan Audiens.
‘Cara bermain’ di Medium dan blog biasa itu berbeda, menurutku. Di blog biasa, mungkin lebih mudah untuk menulis karena konten bisa di-recycle, tetapi di ekosistem ini tidak begitu. Ada sebuah pedang bermata dua menunggu para penulis yang mengharapkan cuan mengalir.
“Ya, konten kita sudah autentik, tetapi siapa yang mau baca?”
“Ya, sudah ada beberapa audiens yang mampir tidak sengaja, namun bagaimana mempertahankan kualitas tulisan kita?”
Aku masih mempelajari semua ini dan paling penting dari keduanya adalah study more. Untuk membuat tulisan yang bagus, seseorang mesti belajar lebih banyak — membaca, menonton, mengamati, merenung, apapun itu bentuknya. Kemudian … menulis saja dengan percaya diri. Ada atau tidak adanya pembaca.
Menulis sama dengan membangun diri. Membangun istana di dalamnya dengan rupa-rupa desain favorit kita. Pintunya terbuat dari besi, kayu, atau kaca. Jendelanya kecil atau lebar. Tamannya mungkin ada kolamnya, kebunnya, atau bahkan lapangan golf. Semua terserah kita.
Mari menulis bersamaku. Mulailah dengan cerita sederhana, pikiran acak, atau mimpi yang belum terwujud. Kita tak pernah tahu, mungkin tulisan kecil kita bisa menciptakan perubahan besar.
— Bersama Tulus dan lagunya berjudul Diri.