Seni Membawa Angin Segar

LVWM
2 min readJan 6, 2025

--

Ilustrasi Seni itu abstrak (Sumber: Freepik/freepik)

Seni sangatlah subjektif.

Namun bagiku, apapun seni-nya, memiliki rasa yang sama: membuat kita, penikmatnya untuk berhenti sejenak dan melihat perspektif baru yang mungkin diabaikan oleh para pecinta uang.

Lagi-lagi ku rasakan, ketika melambatkan hidup sejenak untuk menikmati karya seni di Museum Macan, Jakarta Barat. Seorang seniman asal Thailand, Korakrit Arunanondchai, menghadirkan rangkaian praktik artistiknya melalui instalasi video, lukisan, objek, maupun karya performatif.

Dua videonya yang berjudul “No history in a room filled with people funny names 5 (2018)” dan “Songs for living (2021)” sangatlah menggugah jiwa, sampai-sampai sahabatku terharu dan tersentuh.

Mari ku ceritakan.

I

Dari video pertama, kita dibawa masuk ke dunia yang berbeda. Pertanyaan menggelitik pun disampaikan: “Apakah kamu percaya dengan hantu?”

Kemudian banyak sosok yang menyerupai manusia berwarna hijau dan putih muncul, mereka tampak emosional, mereka menari, mereka menatap “kita” dari kejauhan.

Para hantu itu adalah jiwa orang-orang mati.

Orang yang menjadi tetangga kita, yang setiap hari kita lihat sedang menjemur pakaiannya di bawah matahari. Orang yang menjadi teman masa kecil kita, yang kita ajak nge-bolang naik sepeda mengelilingi kampung tanah merah.

Tapi kini mata kita tidak dapat melihat mereka lagi dan tangan kita tidak dapat menjabat mereka lagi.

Mereka ada jauh di sana, mungkin sedang menonton kehidupan kita dengan hati yang pilu, seolah sedang menonton TV.

Apa yang mereka butuhkan? Doa dan cinta.

II

Kemudian kita diajak untuk menelusuri bumi, hal-hal yang mungkin kita abaikan selama ini. Dalam video kedua, manusia hijau dan putih kembali muncul. Bukan lagi menjadi roh orang mati, namun representasi dari roh alam — tumbuhan, binatang, gunung, sungai, semesta.

Roh alam itu menangis, menjerit, marah, melihat dunia ini dimana manusia-manusia serakah mengeksploitasi alam sesukanya. Hingga terumbu karang penuh dengan sampah, padahal tempat itu menyumpang lebih dari 50% kehidupan seluruh lautan, tapi kalau sudah rusak, apa jadinya?

Hutan dibakar, dilibas habis untuk kepentingan egois manusia. Lalu bagaimana nasib para binatang di dalamnya? Jika binatang itu turun ke desa dan mengobrak-abriknya, mereka yang tadinya korban malah jadi tersangka.

Dua video ini mengingatkan kita agar lebih berhati-hati dalam bersikap kepada sesama manusia maupun kepada alam. Menghormati, menyayangi, dan mensyukuri adalah tiga poin penting yang mungkin seringkali kita lupakan.

Aku sangat bersyukur bisa menikmati karya-karya indah ini di awal tahun 2025. Membawa angin segar bagi kehidupan pribadiku terutama spiritualitasku.

Terima kasih kepada sahabatku yang tanpa dia sadari seringkali menginspirasiku. Aku merasa bebas bersamanya, bebas menjadi seaneh-anehnya diriku, bebas untuk merenungkan seisi dunia, bebas untuk mencurahkan perasaanku yang kadang-kadang ku sembunyikan.

--

--

LVWM
LVWM

No responses yet