Never Be the Same

LVWM
3 min readDec 11, 2024

--

Ilustrasi Sepasang Kekasih (Sumber: Freepik/freepik)

Setelah melewati hari yang cukup panjang, pikiranku dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan: tentang cinta, pernikahan, dan hubungan. Pikiran liar seperti ini muncul lagi-lagi karena melihat pengalaman-pengalaman yang ada di sekitarku.

Ada sebuah kisah tentang seorang laki-laki dan perempuan yang bersahabat selama bertahun-tahun. Mereka bagaikan amplop dan prangko, nempel kemana-mana setiap hari. Long story short, mereka pun menikah. Namun entah karena apa, pernikahan mereka tidak berlangsung lama … hanya 1–2 tahun saja.

Padahal kan mereka sudah bersahabat sebelumnya dengan asumsi: saling mengenal luar dan dalam, satu sama lain. Apalagi banyak kutipan yang beredar di media sosial kalau pernikahan adalah persahabatan seumur hidup (maka menikahlah dengan sahabatmu).

Tapi mengapa? Mengapa cinta seolah habis di antara suami-isteri? Sehingga mungkin sebagian dari mereka menjadikannya alasan untuk bercerai.

Orang yang lebih kolot bilang kalau komitmen dan tanggung jawab lebih penting daripada perasaan cinta. Cinta bisa habis di tengah jalan, tetapi komitmenlah yang tetap mempertahankan pernikahan tersebut, kata mereka. Mungkin terdengar indah, tetapi sekaligus menyedihkan. Ironi.

Jadi, apa itu cinta? Apa itu pernikahan? Apa itu hubungan? Karena di suatu titik, hubungan itu akan never be the same again dengan alasan yang beraneka ragam.

Aku coba merenunginya dalam-dalam dan menyadari bahwa aku menyukai kata-kata: cinta yang bertumbuh. Begini. Seringkali seseorang menikah belum ada perasaan cinta atau baru mengagumi saja. Tetapi jika dua insan tersebut saling belajar mengenal satu sama lain, saling mengasihi, dan saling memberi, aku pikir cinta akan bertumbuh seiring berjalannya waktu.

Yang paling penting apakah orang yang kita nikahi adalah orang yang rendah hati, ingin belajar, dan tidak malu mengakui kesalahan. Jika ketiga hal tersebut sudah ada, ku kira kita tidak perlu membuat wish list panjang-panjang tentang kriteria pangeran atau putri favorit kita. Karena mereka yang hanya bagus rupanya, cerdas isi kepalanya, atau tebal dompetnya pada akhirnya akan membuat kita muak dan tidak bahagia — cepat atau lambat.

Aku teringat bahwa diriku hanyalah manusia biasa. Banyak kekurangan namun juga ada kelebihannya. Aku hanya butuh seseorang yang menoleransi kekuranganku dan mengapreasi kelebihanku. Ia yang mau sama-sama berjalan dan berlari bersamaku mengarungi pegunungan problema ini.

Respect ourselves first, and only then can we see who truly respects us. Inilah salah satu penyaring yang bisa kita gunakan. Meski hanya tiga poin penting yang ku bilang sebelumnya, bukan berarti kita membeli kucing dalam karung bukan? Atau bahasa kerennya ‘cinta itu buta.’

Banyak seseorang menjadi ‘buta’ sehingga tidak sadar bahwa dirinya sedang di-abuse oleh pasangan atau sahabatnya sendiri. Lalu kebutaan itu bertahan hingga pernikahan, yang nantinya menjadi bom waktu. Apakah ‘hal sepele’ inilah yang diabaikan mereka yang telah berlarut-larut dalam hubungan?

Pada akhirnya, cinta sejati menurutku tidak akan membuat kita kehilangan diri sendiri. Justru cinta yang datang dengan penuh hormat dan kesadaran akan bermuara dalam sebuah pernikahan penuh warna. Dan semoga kita beruntung bisa menjadi angsa-angsa yang setia pada pasangannya hingga ajal tiba.

--

--

LVWM
LVWM

No responses yet