Ternyata mimpi tentang kebun anggur bukanlah khayalan, tetapi visualisasi dari masa depanku. 50 tahun lalu di rumah kecil penuh nostalgia itu, aku mendapatkan mimpi aneh tiap malam: diriku yang beruban sedang menatap garis pantai kemerah-merahan. Ia memiliki peternakan sapi di dekat pantai. Aneh sekali!
Hari ini aku berdiri menghadapi mimpi tuaku. Namun aku tidak sendiri, ada seorang pria berwajah kerut menggenggam tanganku sekuat tenaganya. Ia tersenyum lalu berkata, “Meski dunia tidak berubah, aku bersyukur memiliki kita yang cintanya tidak pernah berubah, namun terus bertumbuh.”
Suamiku benar. Aku sudah menduganya sejak lama. Kami pernah memiliki asa yang naif, asa agar bumi ini lebih bersahabat. Perjuangan kami akan terus dikenang di seberang Australia dan kami ceritakan pada anak, cucu, dan cicit jika kami kuat. Semoga cita-cita ini menjadi warisan masa depan yang tidak pernah padam.
