Apa yang akan kamu lakukan jika memiliki petunjuk bahkan skrip mengenai seisi dunia ini?
Ketika kamu membaca semuanya, dari titik mula bumi ini terbentuk hingga bumi ini hancur, perlahan kamu akan menyadari sebuah pola yang unik.
Mengapa tahun 2020 terjadi pandemi COVID-19, mengapa tahun 2024 presiden Indonesia tersebut yang mendapatkan suara terbanyak, dan fenomena lainnya di setiap belahan dunia yang kemudian akan menjadi sejarah.
Pengetahuan tersebut mungkin akan berguna untuk menyadarkan kita bahwa diri kita hanyalah setitik debu di luasnya alam semesta. Kita bukanlah apa-apa di hadapan ‘bapak-ibu zaman.’
Di satu sisi mungkin dapat mengobati sakit hati kita akan ketidakadilan dunia ini bahwa ambisi menjadi sukses sesuai standar masyarakat kapitalis modern tidak sebegitu hebatnya, seperti yang digembar-gemborkan.
Di sisi lain mungkin kita semakin yakin untuk memperjuangkan nilai-nilai tertentu yang selama ini terkubur dalam lubuk hati karena ciutnya keberanian menghadapi kerasnya kehidupan.
Namun, apakah benar semudah itu menghadapinya tanpa adanya guncangan mentalitas dan rasa trauma?
Ada satu waktu di mana aku menyampaikan kepada seseorang bahwa ada pengetahuan-pengetahuan tertentu yang sebaiknya diketahui oleh semua orang. Sehingga mereka tidak menjadi korban dari pelacur zaman. Sehingga mereka tidak hanya dapat menangis dan menyerah untuk setiap hal yang wajib mereka terima sejak lahir tanpa berhak memilih.
Dan mempelajari tentang pengetahuan ini mungkin akan lebih mudah jika diawali dengan cerita hidup masing-masing. Kisah seorang petani yang lahannya diambil secara paksa akan berbeda dengan kisah anak pengusaha sukses yang dipaksa orang tuanya meneruskan perusahaan yang tidak pernah diinginkan dirinya. Semua orang memiliki start berbeda namun bukan mustahil untuk mencapai kesetaraan dalam memahami eksistensi manusia dan alamnya.
Ketika kita lahir, kita tidak bisa memilih nama sendiri, rupa diri, jenis kelamin, suku, agama, orang tua, keluarga, dan negara. Namun, setelah itu bagaimana? Apakah kita akan tinggal diam melihat lingkungan hidup kita, terutama jika sudah cukup umur untuk mengambil keputusan secara mandiri? Hanya nrimo, nrimo, dan nrimo. Apakah seperti itu manusia yang disebut-sebut makhluk paling cerdas?
Tidak. Aku tidak percaya.
Dunia adalah panggung sandiwara, dan setiap manusia memiliki perannya masing-masing. Pilih dengan bijak peran kita.
Mungkin sebagian dari kita memiliki pilihan yang terbatas, tidak apa-apa. Memilih peran di dunia secara sadar dan rasional adalah seribu kali lebih baik daripada Non-Playable Character (NPC) yang tidak memiliki kemampuan untuk bergerak sesuai kemauannya.
Kita manusia, bukan robot.
Kita manusia, bukan binatang.